Selasa, 15 September 2009

Rawa

R a w a

Dalam pelajaran di sekolah, kita mengenal beberapa istilah seperti sungai, danau, laut, rawa dan masih banyak lagi. Nah, sekarang kita akan membahas sedikit tentang 'rawa'. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, rawa diartikan sebagai tanah yang rendah (umumnya di daerah pantai) dan digenangi air, biasanya banyak terdapat tumbuhan air. Penggenangan air di rawa dapat bersifat musiman ataupun permanen. Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya.

Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis lainnya. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan.

Jenis-jenis rawa

  1. Hutan rawa air tawar, memiliki permukaan tanah yang kaya akan mineral. Biasanya ditumbuhi hutan lebat;
  2. Hutan rawa gambut, terbentuk dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang proses penguraiannya sangat lambat sehingga tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi;
  3. Rawa tanpa hutan, merupakan bagian dari ekosistem rawa hutan. Namun hanya ditumbuhi tumbuhan kecil seperti semak dan rumput liar.

Luas rawa di Indonesia diperkirakan lebih dari 23 juta hektar.

Peran dan manfaat hutan rawa :

  1. Sumber cadangan air, dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering
  2. mencegah terjadinya banjir;
  3. mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai
  4. sumber energi
  5. sumber makanan nabati maupun hewani

Apa yang terjadi jika hutan rawa hilang ?

  • dapat mengakibatkan kekeringan
  • dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan
  • dapat mengakibatkan banjir
  • hilangnya flora dan fauna di dalamnya
  • sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang

    Contoh rawa yang sekarang menjadi cagar alam adalah cagar alam muara angke. Cagar alam muara angke terletak dibagian utara kota Jakarta, keberadaannya membentang sepanjang garis pantai dari muara karang ke barat ke arah kamal dengan panjang kurang lebih 5 km lebar 100 meter dengan luas kurang lebih 50,80 Ha. Akhir-akhir ini keadaanya sangat memprihatinkan karena rusaknya lingkungan ekosistem, pencemaran air laut, sampah plastik dan abrasi air laut. Padahal dari hutan ini kita dapat belajar banyak tentang berbagai jenis tumbuhan air, satwa unggas, reptil dll.

    Di kawasan Jakarta utara, tepatnya di daerah muara angke hingga ke barat ke kamal terdapat hutan mangrove (hutan bakau) yang dilindungi dan dijadikan cagar alam. Hutan mangrove ini membentang sepanjang garis pantai dengan panjang kurang lebih 5 km dan lebar 100 meter persegi. Hutan ini ditumbuhi dari berbagai macam tumbuhan air diantaranya pohon bakau (Rhizophora Mucronata), pohon api-api, akasia, dan tumbuhan perdu lainnya. Sedangkan satwa yang menjadi penghuni kawasan cagar alam ini diantaranya adalah musang, berang-berang dan monyet yang sudah semakin sulit ditemukan karena kelangkaan ketersediaaan makanan, selain itu ada 74 jenis burung diantaranya kuntul, blekok, pecuk, bango, belibis. Namun jika kita ke sana yang sering dijumpai adalah jenis kuntul dan belibis. Diperkirakan burung-burung ini sudah hijrah ke pulau rambut, lalu ada juga 4 jenis ikan dan 7 jenis reptil (biawak dan berbagai ular berbisa dan ular sanca.

    Menurut data dari Departemen Kehutanan prop DKI, keberadaan hutan di Jakarta terdiri dari: Hutan Lindung seluas 44,76 Ha, Hutan Cagar alam seluas 25.02 Ha, Hutan Wisata seluas 99,82 Ha, Cagar alam pulau Bakor seluas 18 Ha, dan Cagar alam Pulau Rambut seluas 45 Ha.

    Fungsi Hutan

    Dari sudut ekologis, hutan mangrove merupakan suatu bentuk ekosistem yang unik. Alasannya, di kawasan mangrove terpadu empat unsur biologis penting yang penting: daratan, pepohonan, fauna serta ekosistem. Sehingga, pengelolaan potensi hutan seperti ini harus tepat dan rasional agar fungsi ekologis dan ekonomisnya dapat dimanfaatkan secara maksimal.

    Fungsi hutan mangrove sendiri sebagai pelindung terhadap pengikisan pantai, pelindung terhadap angin laut, menahan intrusi air laut dan tempat berkembangnya biota laut, selain sebagai obyek penelitian dan obyek wisata yang perlu dikembangkan. Sebagai obyek penelitian, kita dapat melakukan berbagai penelitian tentang berbagai jenis tumbuhan air, tingkat pencemaran air laut, jenis-jenis satwa dan biota air lainnya. Namun jika keberadaanya semakin rusak bagaimana nanti kita mempertanggungjawabkanya terhadap anak cucu, merawat dan menjaganya adalah tugas kita bersama, hutan bukanlah warisan namun titipan dari anak cucu kita.

    Sumber : http://www.lablink.or.id
    Kontributor : Moy

  • Tidak ada komentar:

    Posting Komentar